Rabu, 22 Desember 2010

Peringatan Hari Ibu Kerap Terlupakan oleh Sang Anak


PAUD Menjadi Bukti Kasih Sayang Ibu

Keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi bukti kasih sayang seorang ibu terhadap anak-anaknya. Mereka rela melupakan aktifitas kesehariannya untuk mengantar anaknya memperoleh pendidikan. Karena para ibu percaya pendidikan menjadi bekal utama bagi anaknya menjalani kehidupan di masa yang akan datang.

Oleh Asep Firdaos

“Bangun, bangun, bangun. Cepat mandi, biar gak kesiangan,” ujar Nurhabibah (32) seorang ibu saat membangunkan anaknya. Habibah adalah satu diantara ibu yang selalu memperhatikan pendidikan anaknya. Dia tidak mau, satu hari saja, anaknya tidak masuk sekolah karena alasan bolos.

Tidak hanya itu, kewajiban menjadi seorang ibu bukan hanya itu. Habibah harus bisa mengurus urusan rumah tangganya yang tidak pernah habis. Setiap pagi Habibah harus mencuci, memasak, bahkan membersihkan ruangan rumahnya. Namun baginya, urusan itu harus ditinggalkan karena kepentingan sekolah anaknya.

Usia anaknya yang baru duduk dibangku taman kanak-kanak itu, memang membutuhkan ekstra bimbingan dari orang tuanya. Karena tanpa bimbingan itu, bisa membuat anak tak akan mengenyam pendidikan di usia dini. Sementara, pendidikan usia dini akan menjadi awal pembelajaran hidup bagi setiap anak.

Pengabdian seorang ibu terhadap anaknya, sering kali terlupakan oleh kita semua. Tetapi bagi mereka tidak pernah berharap balas budi atas pengabdian dari seorang anak. “Namanya juga ke anak. Rasa kasih sayang saya, tidak pernah minta balas budi. Dengan melihat anak berhasil dan sukses saja, saya sudah merasa senang,” ujarnya.*

Kamis, 24 Juni 2010

PAUD Semakin Dipahami Warga Pedesaan


Tingkat pemahaman warga pedesaan atas pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD) kian hari semakin meningkat. Buktinya, pada akhir ajaran tahun 2010 ini sebagian orang tua telah mendaftarkan anak-anaknya kepada salah satu lembaga pendidikan itu.

Seperti halnya yang terjadi di PAUD Nurhidayah yang berlokasi di Kp Pananggayan Kaler RT 12/04 Desa Tajursidang Kecamatan Sukatani, Purwakarta. PAUD yang berdiri sejak satu tahun yang lalu itu terus diminati calon peserta didik. Walhasil, jumlah calon peserta didik PAUD itu melonjak tinggi.

“Tahun ajaran lalu, kami hanya menampung 20 anak. Sekarang, baru akhir ajaran saja, sudah ada yang mendaftar 28 anak. Mungkin, sampai pada ajaran baru nanti jumlah anak yang daftar bisa mencapai 35 sampai 40 anak,” ujar Ketua Pengelola PAUD Nurhidayah, Drs Ahmad Patoni, Minggu (20/6) usai menggelar acara perpisahan peserta didik ajaran tahun 2009-2010.

Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati H Dudung B Supardi, perwakilan dari unsur Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Bagian Kesejahteraan Rakyat, serta sejumlah pimpinan partai politik dan para pengusaha di Purwakarta. Selain itu, kehadiran ratusan jamaah Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) semakin memeriahkan acara itu.

Dikatakan Patoni, banyaknya jumlah peserta didik yang daftar tersebut sebagai bukti meningkatnya pemahaman para orang tua untuk mendidik anaknya sejak dini. Hal ini sebagai bentuk keberhasilan pemerintah dalam menciptakan PAUD tersebut. “Karena tahu sendiri, yang namanya masyarakat pedesaan, masih banyak yang kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya,” ucap dia.

Menurutnya, keberadaan PAUD di daerah pedesaan masih terbilang baru. Para orang tua mengenal lembaga pendidikan itu setelah berdirinya PAUD di daerahnya masing-masing. Seperti halnya yang dialami warga Desa Tajursidang yang terletak sebelah selatan Waduk Jatiluhur itu. Warga di sana, belum seluruhnya memahami pentingnya pendidikan anak-anaknya pada usia 0 sampai 6 tahun.

“Yang mereka kenal baru pendidikan pada usia SD saja. Untuk melanjutkan ke SMP maupun ke SMA saja masih minim. Apalagi pendidikan usia dini. Ditambah lagi dengan sarana dan prasarana PAUD itu yang masih jarang berdiri di pedesaan,” ungkapnya.

Maka dari itu, pihaknya berharap agar pemerintah terus mempasilitasi kelengkapan sarana dan prasarana PAUD. Karena tanpa dukungan pemerintah, keberlangsungan pendidikan tersebut bisa terhambat. Sementara, sebagian besar diberdirikannya PAUD hanya sebagai partisipasi dari masyarakat.****

Sabtu, 08 Mei 2010

Warga Minta Pengelolaan PAUD Bermutu

Kendati pendidikan anak usia dini (PAUD) dibutuhkan, warga meminta lembaga pendidikan itu dikelola dengan bermutu. Selama ini, banyak PAUD yang tidak berkwalitas. Warga menilai hal itu akan mempengaruhi pada hasil lulusan peserta didik. Untuk itu, warga berharap pendirian PAUD tidak hanya asal-asalan.

Ketua Pengelola PAUD Nurhidayah, Drs Ahmad Patoni, mengakui banyaknya lembaga pendidikan anak seperti PAUD, TK dan RA yang kurang dibarengi dengan kwalitasnya. Selama ini, para pendiri PAUD hanya berpikir bagaimana memfasilitasi anak-anak di lingkungannya yang belum memperoleh pendidikan.

“Yang namanya membangun lembaga pendidikan itu harus sudah siap segalanya. Yang harus dikedepankan adalah kwalitas pendidikan. Yang terdiri dari tenaga pendidik dan sarana prasarana,” lanjut dia. Selama ini, tak sedikit lembaga pendidikan itu tidak disertai oleh tenaga pendidik yang baik sarana belajar yang lengkap.


Dengan begitu, ia khawatir hal itu akan berpengaruh pada hasil pola pembelajaran yang salah pada anak. Karena dalam mendidik anak usia dini itu banyak berbeda dengan anak sekolah dasar dan menengah. “Kalau anak-anak usia dini, lebih terarah pada pendidikan dan bermain. Kalau siswa sekolah dasar pendidikannya saja,” terang Ahmad.


Untuk itu, pengelolaan PAUD yang dilakukannya lebih terarah. Dalam proses merintis PAUD tersebut, pihaknya telah memikirkan bagaimana pola pengembangan pada lembaga itu. Kemudian, kurikulum PAUD menjadi dasar awal dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Hal itu harus dilalui oleh para pengelola PAUD dalam mewujudkan hasil lulusan peserta didik yang berkwalitas pula.***

Jumat, 05 Februari 2010

Tenaga Pendidik PAUD Tak Dibekali Keahlian


Tenaga pendidik bagi anak usia dini pada setiap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dinilai masih minim. Bahkan tak sedikit pula tenaga pendidik itu yang tak dibekali dengan keahlian dibidangnya. Karena, rata-rata latar belakang pendidikan para pendidik anak usia dini itu tidak sesuai dengan pendidikannya. Untuk itu, Dinas Pendidikan diminta untuk menggelar seminar tentang kependidikan PAUD.


Ketua Penyelenggara PAUD Nurhidayah, Drs Ahmad Patoni, mengatakan, pertumbuhan lembaga pendidikan anak kali ini sudah semakin meluas. Hampir di setiap daerah banyak bermunculan PAUD maupun Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Atfal (RA). Tetapi tenaga pendidiknya tidak memiliki dasar kependidikan.

“Tidak mudah untuk memberikan pendidikan anak. Apalagi untuk anak usia dini. Makanya dibutuhkan tenaga pendidik yang handal. Minimalnya mereka memiliki metode pembelajaran terarah. Jangan sampai, lembaga pendidikan itu hanya asal berdiri saja. Yang akhirnya pelaksanaan pendidikannya asal-asalan,” sebut dia.

Maka dari itu, selaku penyelenggara PAUD, lanjut Ahmad, pihaknya telah mempersiapkan berbagai konsep untuk memaksimalkan pendidikan kepada anak-anak belajar. Hanya saja, ia pun mengakui jika selama ini tenaga pengajar yang dimilikinya masih dalam tahap kekurangan. Salah satunya pengalaman tenaga pengajar yang belum maksimal. “Kami sudah punya tiga orang pengajar. Tapi mereka semuanya merupakan pemula,” jelasnya.

Dengan begitu, ia meminta agar Dinas Pendidikan menggelar acara pelatihan atau seminar kepada para guru PAUD, TK, dan RA. Karena dengan pelatihan seperti itu, dapat meningkatkan kemampuan para tenaga pengajar anak usia dini lebih berkwalitas. Karena tak menutup kemungkinan, penyebaran lembaga pendidikan itu bukan menimbulkan keberhasilan. Malahan membuat kegagalan dalam pendidikan.

Kemudian, para penyelenggara pendidikan usia dini itu diharapkan mendapat dukungan dari pemerintah. Karena tanpa dukungannya, tak sedikit penyelenggaraan PAUD itu akan tersendat ditengah jalan. Sehingga, sasaran dalam meningkatkan pendidikan sejak usia dini itu seperti yang sesuai dengan program pemerintah itu tak akan tercapai.***

Kwalitas Hidup Warga Ditingkatkan

Sejumlah warga buta hurup dan aksara di Kecamatan Sukatani dan Tegalwaru tengah mengikuti program pendidikan keaksaraan. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) bersama Dinas Pendidikan (Disdik) itu merupakan upaya dalam memberantas buta hurup dan aksara. Sehingga kedepan, warga diharapkan dapat meningkatkan kwalitas hidup yang lebih baik.

Ketua Penyelenggara Muslimat NU Purwakarta, Ami Nurhayati, menyebutkan, berbagai metode pendidikan dilakukan dalam pelaksanaan program kegiatan itu. Diantaranya pengenalan terhadap hurup dan aksara. Selain itu, terdapat pola pendidikan dalam merubah pola hidup warga. Seperti dengan memberikan pendidikan kepada anak dan menjaga kesehatan keluarganya.

“Kami juga memberikan teknik dalam memasak, membuat kue, bersikap santun pada suami dan sesama warga. Pola pendidikan seperti itu dilakukan sebagai upaya untuk merubah kebiasaan buruk mereka,” sebut Ami. Karena, selama ini masih banyak warga di daerah pedesaan yang masih belum paham terhadap tata krama, seperti pada suami. Akibatnya, banyak warga yang harus mengalami perceraian. Yang menjadi penyebabnya, kebanyakan diakibatkan oleh kesalahpahaman antara mereka.

Dalam program tersebut, pihak penyelenggara yang diwakili oleh para tutor melakukan pendidikan kepada wajib belajar itu dengan pola yang mendasar. Yakni pola kehidupan sehari-hari yang biasa mereka lakukan.
Pada kegiatan kali ini, terdapat 300 warga buta hurup dan aksara di dua kecamatan itu yang tengah mengikuti pendidikan keaksaraan Muslimat NU. Pelaksanaan diselenggarakan selama 32 hari sejak 28 Desember 2009 lalu. Maka dari itu, pelaksanaan kegiatan tersebut sudah sampai pada ujian terakhir. “Insya Allah, pelaksanaan ujian akhir akan kami laksanakan Selasa besok (hari ini, red),” ujarnya.

Menurutnya, pelaksanaan pendidikan kepada warga buta hurup dan aksara tak hanya sampai disitu. Sebagai pelaksana organisasi kaum nahdiyin itu, pihaknya akan berusaha memberikan bimbingan kepada warga. Salah satunya melalui pengajian rutin yang telah menjadi agenda Muslimat NU. Biasanya, Muslimat mengagendakan pelaksanan pengajian di tingkat kabupaten sebulan sekali, di kecamatan sebulan sekali, di tingkat desa seminggu sekali.***